Untuk menjawab pertanyaan Mbak Erna mengenai DAAD, mudah-mudahan saya bisa sedikit sharing dari apa yang telah saya lalui sewaktu memperoleh beasiswa DAAD Professional from Developing Countries bbrp tahun lalu.

1. Mengenai “research project in Germany”.

Sejauh yang saya ketahui, baik program Master maupun PhD lewat beasiswa DAAD tetap mensyaratkan adanya research project. Hal ini karena sistem pendidikan di Jerman untuk Master biasanya bersifat by course + research + internship, tak hanya by course seperti sistem pendidikan master dibeberapa negara lainnya. Kalau yg PhD sudah jelas, mutlak harus research.

Dengan demikian, sebaiknya Mbak Erna mempersiapkan sebuah rencana riset yang berhubungan dengan study yang akan ditempuh. Karena sifatnya masih tentative (masih akan dipertajam sewaktu studi), rencana research project yang disiapkan tak usah terlalu panjang dan detil. Cukup maksimal 5 halaman saja, namun sudah mengakomodir informasi mengenai riset yang akan Mbak Erna lakukan untuk thesis/dissertasi nantinya, seperti research questions, research aims and objectives, hypotheses/proposition, main literature, methodology dan references.

So, karena ini sifatnya spesifik (sesuai dengan kebutuhan dan rencana riset kita masing-masing) tak ada bentuk baku/standard apalagi form-nya.

2. Pilihan universitas.

Tak usah khawatir kalau Mbak Erna hanya ingin milih satu universitas saja – tak ada keharusan untuk mengisi ketiga pilihan universitas sebagaimana yg disediakan dalam Form DAAD.

3. Untuk penterjemah tersumpah

Kalau dulu saya menggunakan penterjemah tersumpah (kalau tak salah Loius Liem – CMIIW) yang ada di Melawai-Jaksel. Nggak tahu sekarang tarifnya berapa tapi sejauh yang saya tahu, asalkan kita menggunakan penterjemah tersumpah walau bukan dalam referensi DAAD Jakarta rasanya tidak ada masalah.

Demikian Mbak, semoga terbantu dengan info sederhana ini.

Hafiz Rahman

Researcher – EMERGE Research Group

The Business School

Univ. of Huddersfield

Huddersfield – UK